Pasokan di China Diyakini Aman, Harga Batu Bara Melemah

Harga Batu Bara Natal dan Tahun Baru

Harga batu bara melemah dan berakhir di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu. Kondisi tersebut terjadi di tengah kembalinya perdagangan batu bara antara Australia dan China menjelang liburan Tahun Baru Imlek.

Harga batu bara berbalik arah dan berakhir di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu. Harga batu bara berjangka untuk kontrak Januari 2023 di ICE Newcastle Coal Futures terpantau turun 1,92% ke level US$370,25/ton pada perdagangan Jumat (13/1). Penurunan harga tersebut juga terjadi pada harga batu bara berjangka dengan kontrak teraktif April 2023 yang melemah 1,19% ke level US$291,00/ton pada waktu perdagangan yang sama. Harga batu bara kontrak Januari 2023 tersebut berbalik arah setelah menguat 2,03% pada 12 Januari 2023. Adapun, jika melihat dalam satu minggu terakhir, harga emas hitam tersebut melemah 6,57% sementara melonjak 82,39% dalam setahun terakhir.

Harga batu bara tersebut melemah di tengah aktivitas perdagangan batu bara antara Australia dan mitra dagang terbesarnya, China, kembali dimulai setelah terhenti selama tiga tahun terakhir. Mengutip Shanghai Metal Market, impor batu bara Negeri Panda dari Negeri Kanguru ini dikabarkan mulai tiba untuk gelombang pertama pada akhir Februari, yakni sekitar 500.000 metrik ton. Untuk jangka pendek, SMM melihat volume tersebut masih relatif kecil sehingga dampaknya terhadap pasar batu bara domestik cenderung terbatas. Namun, jika impor batu bara Australia tetap berlanjut di tengah pasokan batu bara domestik China terus ditingkatkan dapat membuat pasokan di pasaran melimpah dan membuat harga komoditas hitam itu semakin tertekan.

Melansir Reuters, mencairnya hubungan diplomatik antara Australia dan China telah membuat Negeri Panda mengizinkan tiga perusahaan listrik dan pembuat baja terbesar di negaranya untuk melanjutkan pembelian batu bara Negeri Kanguru untuk pertama kalinya sejak 2020. Sementara itu, impor batu bara China pada Desember 2022 dilaporkan turun seiring melambatnya aktivitas industri akibat lonjakan kasus Covid-19 setelah adanya pencabutan kebijakan ketat.

Data dari Administrasi Umum Bea Cukai China menunjukkan konsumen batu bara utama dunia itu membawa 30,91 juta ton bahan bakar fosil sepanjang bulan lalu. Jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan 32,31 juta pada November 2022. Sementara itu, jika dibandingkan dengan impor Desember 2021, jumlahnya nyaris stagnan atau hanya turun tipis dari 30,95 juta ton. Namun, impor batu bara China diperkirakan kembali meningkat setelah Tahun Baru Imlek pada akhir Januari dan awal Februari, karena pabrik-pabrik mulai dibuka kembali mendorong prospek permintaan dan pemulihan ekonomi. Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China dan Asosiasi Batubara Nasional China pun pada pekan lalu telah mengeluarkan proposal untuk memastikan ketersediaan pasokan batu bara selama liburan Tahun Baru Imlek.

Bagikan Artikel

LinkedIn
WhatsApp
Facebook

Hubungi Kami

Titan Infra Energy merupakan salah satu perusahaan infrastruktur dan logistik energi yang berkembang pesat di Indonesia. Berdiri sejak 2005 silam, Titan Infra Energy mengelola dan mengembangkan sejumlah lini bisnis mulai penambangan batubara, pengelolaan infrastruktur hingga logistik. Dengan dukungan sumber daya manusia yang terampil, berpengalaman serta profesional di bidangnya tak bisa dipungkiri di usia mendekati dua dekade, Titan Infra Energy mempunyai pengalaman yang luas dalam mengelola dan mengembangkan infrastruktur energi.
Alamat :

Graha Anabatic,
Jl. Scientia Boulevard Kav. U2,
Summarecon Serpong,
Tangerang, Banten 15811 – Indonesia

Telepon :

+62 (21) 80636888

 
Email :

info@titaninfra.com

© Hak Cipta 2022. Dilindungi Undang-undang. Titan Group.