Cadangan Batubara di Indonesia

Cadangan batubara di Indonesia saat ini mencapai 38,84 miliar ton. Pemerintah perlu mendorong upaya pengotimalan keunggulan Indonesia ini. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin mengemukakan hal tersebut dalam suatu diskusi daring pada 2021 lalu.

Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya alam. Mulai dari sumber daya hayati hingga hasil tambang, seperti batu bara. Dengan rata-rata produksi batubara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batubara masih 65 tahun apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru. Hal ini tentu menjadi berita baik bagi Indonesia.

Selain cadangan batubara, masih ada juga sumber daya batubara yang tercatat sebesar 143,7 miliar ton. Untuk itu, Pemerintah terus mendorong upaya pemanfaatan untuk memberikan kesejahteraan ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Upaya Pemerintah Mengoptimalkan Cadangan Batubara di Indonesia

“Batubara kita masih banyak. Kita punya 65 tahun umur cadangan. Sebagian besar ada di Kalimantan dan Sumatera,” kata Ridwan dalam Webinar “Masa Depan Batubara dalam Bauran Energi Nasional”, Senin (26/7).

Lebih lanjut Ridwan menuturkan, Kalimantan menyimpan 62,1% dari total potensi cadangan dan sumber daya batubara terbesar di Indonesia, yaitu 88,31 miliar ton sumber daya dan cadangan 25,84 miliar ton.

Selanjutnya, wilayah punya potensi tinggi adalah Sumatera dengan 55,08 miliar ton (sumber daya) dan 12,96 miliar ton (cadangan). “Mau tidak mau masih menjadi andalan Indonesia dalam penyediaan energi dengan harga terjangkau,” jelas Ridwan.

Berdasarakan data Minerba One Data Indonesia (MODI), per 26 Juli 2021, realisasi produksi batubara Indonesia sebesar 328,75 juta ton dengan rincian 96,81 juta ton (realisasi domestik), 161,99 juta ton (realisasi ekspor), dan 52,22 juta ton untuk DMO. “Saat ini 80 persen batubara untuk pembangkit listrik,” ungkap Ridwan.

Batubara sendiri masih menjadi tumpuan bagi kawasan Asia Pasifik dalam penyediaan energi yang terjangkau dan murah. Kawasan memiliki kapasitas batubara dan pembesar saat ini (76%) termasuk rencana pengembangannya (94%). “Sebelum pandemi, Asia Pasifik ini hot spotnnya pertumbuhan ekonomi dunia,” urai Ridwan.

Gunakan Teknologi Bersih untuk Pengolahan Batubara

Sejalan dengan langkah menekan penurunan emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor energi, Kementerian ESDM mencari terobosan baru melalui penggunaan teknologi berbasis energi bersih. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan batubara di Indonesia.

“Salah satu upaya Pemerintah saat ini adalah mendorong agar batubara dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan lingkungan. Kita selalu berusaha menggunakan teknologi batubara dengan cara yang lebih bersih,” tegas Ridwan.

Ridwan mengakui dari total 1.262 Giga Ton emisi CO2 yang dihasilkan di Indonesia, sebanyak 35% berasal dari pembangkit listrik batubara. “Di sisi lain, ini bisa menjadi potensi Indonesia memproduksi metanol,” ungkap Ridwan.

Menurut Ridwan, ada dua tantangan yang tengah dihadapi dalam, yaitu pengusaan teknologi dan menciptakan skala keekonomian. “Tantangan ini besar sekali sehingga berbagai proyek hilirisasi batubara yang sudah dicanangkan belum sesuai ekspektasi,” jelasnya.

Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), sambung Ridwan, diyakini akan mengurangi emisi CO2 akibat pembakaran batubara. “Berdasarakan studi PLN dan World Bank tahun 2015, CCUS secara teknis layak untuk dikembangkan di Indonesia,” pungkasnya.

Pemerintah berusaha agar ada keseimbangan antara pemanfaatan cadangan batubara dengan upaya pengurangan emisi karbon di Indonesia. Perusahaan Tambang seperti Titan Infra Energy sudah mendukung upaya tersebut dengan memininalisasi limbah hasil pengolahan batubara.

Produksi Batubara dan Pengelolaan Limbahnya di Titan Infra Energy

Beberapa waktu lalu, anak usaha Titan Grup ini bersama PT Panca Sriwijaya Environment telah melakukan ujicoba pengolahan limbah tambang terbaru yang diberi nama “Teknologi Sumsel Berkelanjutan 1.

Aris Study Palimbunga selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) BAS mengungkapkan, pada pengujian ini sudah mendapatkan hasil pengukuran air yang keluar dari pintu air kolam penampungan awal sebesar 5 milligram per liter kemudian dilanjutkan pada pintu air Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) sebesar 10 milligram per .

Hasilnya? Aris mengklaim uji coba berhasil dengan sangat baik. “Hasilnya sangat bagus. Karena standar yang ditetapkan oleh pemerintah, sebesar 300 miligram per liter,” ungkapnya seperti yang dikutip, Kamis (21/7).

BAS sejatinya sudah melakukan uji coba ini sejak Maret silamudah kita lakukan pada awal bulan Maret 2022. Namun, kala itu, uji coba baru pada skala kecil dengan hasil ujicoba terbilang memuaskan.

Karena itu, uji coba selanjutnya pada skala lebih besar dengan memperbesar kolam penampungan berkapasitas 5.000 meter kubik, sebanyak dua kolam.

Bagikan Artikel

LinkedIn
WhatsApp
Facebook

Hubungi Kami

Titan Infra Energy merupakan salah satu perusahaan infrastruktur dan logistik energi yang berkembang pesat di Indonesia. Berdiri sejak 2005 silam, Titan Infra Energy mengelola dan mengembangkan sejumlah lini bisnis mulai penambangan batubara, pengelolaan infrastruktur hingga logistik. Dengan dukungan sumber daya manusia yang terampil, berpengalaman serta profesional di bidangnya tak bisa dipungkiri di usia mendekati dua dekade, Titan Infra Energy mempunyai pengalaman yang luas dalam mengelola dan mengembangkan infrastruktur energi.
Alamat :

Graha Anabatic,
Jl. Scientia Boulevard Kav. U2,
Summarecon Serpong,
Tangerang, Banten 15811 – Indonesia

Telepon :

+62 (21) 80636888

 
Email :

info@titaninfra.com

© Hak Cipta 2022. Dilindungi Undang-undang. Titan Group.